Menjadi guru
adalah sebuah panggilan juga sebuah pilihan. Dikatakan panggilan karena memang
tidak semua orang terpanggil untuk profesi yang selalu disoroti dari sisi
kesejahteraannya yang minim ini. Orang juga memilih untuk menjadi guru dari
sekian banyak profesi yang ada. Ada orang yang menjadi guru itu karena niat
ingsun, tetapi juga banyak yang karena kecelakaan, terpaksa, daripada tidak
bekerja / jadi pengangguran… ya sudah jadi guru.
Bahkan saya
pernah mendengar ada seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan
ekstrim mengatakan alasan seseorang
masuk sekolah keguruan karena ketidakmampuan ekonomi dan intelektual. Ketika
saya mendengar perkataan orang ini, saya tersingung juga. Apalagi ia
mengatakannya dengan nada sinis dan meremehkan. Orang yang mengemukakan itu
bisa salah, tetapi juga bisa benar. Orang memilih sekolah keguruan karena
biayanya relatif murah. Memilih sekolah keguruan karena seseorang tahu bahwa
kapasitas otaknya tidak mungkin menjadi dokter.
Entah apa
pun alasannya kalau seseorang sudah menjadi guru, ya… tidak ada lagi pemilahan
karea cita-cita atau karena terpaksa dan alasan ekonomi atau kecerdesan.. Guru
adalah guru, terpaksa atau pun tidak, bodoh atau cerdas, kreatif atau tidak.
Kalau seseorang sudah terjun menjadi guru pemilahan itu tak ada lagi. Mengapa?
Karena guru sama-sama harus mendidik anak yang dipercayakan kepadanya. Ia
mempunyai tanggung jawab moral untuk membawa siswa menjadi cerdas.
Menjadi guru
memang sebuah tantangan untuk situasi di masa sekarang. Banyak guru di belahan
nusantara ini yang mempunyai tantangan berbeda-beda. Guru di pedalaman
tantangannya berkaitan dengan medan tempat ia beratarung dan juga dengan
kesejahteraan yang jauh dari semestinya. Menjadi guru di kota besar pun sama
mempunyai tantangan yang tentunya berbeda dengan di pedalaman. Ini berkaitan
dengan bagaimana seorang guru di kota besar harus bisa menempa diri lebih
kreatif agar tidak ketinggalan jaman, agar bisa memberikan lebih daripada ilmu
yang dimiliki muridnya yang jauh lebih maju karena adanya teknologi yang
semakin meroket.
Saya tahu kalau saya mengajar siswa dari Wamena
(Papua), cara saya menghadapi siswa dan
cara saya mengajar akan berbeda denagn ketika saya berhadapan dengan anak
Ursula BSD. Yang jelas saya akan
kebingungan dulu bagaimana saya berhadapan dengan mereka karena saya belum
pernah mengalami seperti itu. Saya akan terpesona karena kepolosan dan keluguan
mereka. Kalau hal mengajar sebenarnya tidak ada masalah, di mana pun kita bisa
mengajar. Baik mengahdapi murid di Wamena atau di Bumi Serpong Damai. Pasti
tantangan yang saya hadapi untuk kedua sekolah itu berbeda.
Yang bikin
seorang guru suka otaknya kisut dan kerut merut itu adalah masalah lain, antara
lain administrasinya.Itu salah satu yang dirasakan para guru di kota
besar. Apa lagi mengajar di sekolah yang
dianggap orang sekolah bagus, sekolah unggulan, atau apalah sebutannya. Nah,
tuntutannya juga bagus. Itu adalah salah satu tantangannya.
Tantangan
lain bagi guru di kota besar adalah peserta didik yang dihadapi. Anak jaman
sekarang kebanyakan anak audio-visual karena kerjanya menonton tv, bermain
medsos, dan main game. Giliran disuruh
membaca wacana, agak lelet dan pemahaman juga kurang. Ada banyak hal lain yang
lebih menarik daripada pelajaan sekolah. Anak lebih suka mengurusi yang
menurutnya menarik daripada mengurusi pelajaran sekolahnya.
Saya
guru untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Seperti sudah diketahui oleh semua siswa bahwa bahasa Indonesia itu
adalah pelajaan yang sangat membosankan.Bikin bĂȘte, begitu kata mereka. Sudah
bukan rahasia lagi kalau para siswa banyak yang tidak suka dengan pelajaran
bahasa Indonesia. Apalagi kalau ditambah dengan gurunya yang nyinyir,
menyebalkan, dan sok galak, serta suka mengintimidasi. Sudah pasti bahasa
Indonesia adalah pelajaran yang akan dicaci, dibenci, dan dihindari. Siswa
sering berdoa agar guru bahasa Indonesianya tiak masuk untuk berbagai alasan
termasuk alasan yang paling buruk misalnya terpeleset di kamar mandi.
Tentunya
situasi seperti di atas merupakan tantangan untuk para guru bahasa Indonesia.
Bagaimana guru bahasa Indonesia bisa membawakan pelajaran di kelasnya dengan
menarik. Tentunya perlu usaha. Dan usaha tentunya perlu pengorbanan.
Salah satu
tantangan bagi kami guru bahasa Indonesia adalah bagaimana membiasakan anak
atau kata lebih sadisnya memaksa anak untuk mau membaca. Keterampilan yang satu
ini akhir-akhir ini sudah banyak ditinggalkan anak-anak kita karena mereka
lebih doyan nongkrong di depan face book-nya atau di depan game-nya.
Namun, guru jangan disebut guru kalau
tidak bisa melaksanakan kehendaknya kepada siswanya. Ada dikatakan dalam bahasa
Jawa dalang ora kurang lakon. Termasuk saya tentu saja. Saya adalah guru yang suka
memaksa dengan piawai. Akhirnya keterampilan membaca yang sudah tak digubris
ini mulai lagi dilakukan oleh murid saya. Itu bocah saya paksa membaca
novel Indonesia yang ringan dulu. Kudu
selesai. Kalau sudah, buat resensi sederhana dengan analisis unsur intrinsiknya lengkap dengan relevansi isi
novel dengan hidup mereka. Wah, mereka akan protes dengan merayu-rayu supaya
tugas diganti yang lain saja (bagi anak yang tidak suka baca). Tapi guru itu
tak akan kalah lakon dengan muridnya.
Pasti dengan diplomasi yang sangat logis dan dengan penjelasan yang
sangat ilmiah dengan mengikutsertakan perkembangan jaman dan pendidikan nilai,
akhirnya mereka mengerjakan tugasnya juga. Dan akhirnya jadilah analisis meraka. Mereka membuat laporannya.
Bagus-bagus lagi. Tuh, kan ternyata mereka bisa. Asal mau.
Ada juga
jenis anak yang sukanya membaca. Nah, kalau yang ini tutup ketemu tumbul tuh.
Saya senang bertemu anak yang seperti
ini. Murid yang begini bagaikan batu intan, yang bisa terus digosok, dan pada
waktunya dia akan bersinar denagn cemerlang. Setiap angkatan pasti akan bertemu
dengan anak-anak yang seperti ini.Bahkan, saya
pernah mempunyai anak yang mempunyai
koleksi 1000 buku dan semua bukunya dia baca! Keren, habis! Begitu
bahasa remajanya.
Saya adalah guru bahasa Indonesia yang suka
mengoceh ke utara dan selatan. Terkadang murid saya melongo karena saya terlalu
cepat dalam berbicara, terutama siswa di
kelas kecil. Kalau siswa kelas yang besar mereka sudah tahu kelakuan
gurunya yang suka agak abstrak. Itulah menjadi tantangan lagi bagi guru
bagaimana menyampaikan sesuatu kepada siswa gar bisa diterima denan baik.
Saya senang
mengajar bahasaIndonesia. Mengapa? Karena materi yang diajarkan luas bisa juga
menjangkau hal di luar kaidah kebahasaan. Apa lagi kalau sedang belajar wacana
atau sastra. Materi bisa dibelokkan ke mana kita mau, sesuai apa yang mau kita
tuju. Misalnya hal yang beraitan dengan pendidikan nilai, berkaitan dengan
kehidupan. Mengajar materi kesastraan
paling enak di kelas besar karena mereka interpretasinya sudah lebih
maju dan pengusaaan bahasanya juga bisa lebih baik. Tentunya pandai-pandainya
memilih bacaan yang tepat.
Menjadi guru
memang menyenangkan, meskipun kalau diukur dari segi materi gak ada
cucok-cucoknya. Kala saya bertemu dengan
beberapa orang yang jarang bertemu selalu mengatakan: Masih awet muda aja. Pernah ada pengalaman begini. Suatu hari saya
mendapat tugas dari Legio Maria untuk menjaga di klinik gereja. Ternyata dokter
jaganya dua orang. Salah satunya mantan murid saya. Murid saya memperkenalkan saya pada rekannya
: Ini kenalin guru SMP gue. Temannya sontak berbicara: Sumpeh, lho. Tuanya
hampir sama dengan lo! wuih, langsung terhanyut tuh perasaan saya. Saya kira
itu adalah bagian rahmat yang diberikan Pencipta kepada guru. belum lagi
segudang pengalaman lain untuk berelasi dengan manusia, pribadi yang unik, yang
tak ada yang sama dari satu murid ke murid yang lain. Itu berarti
jiwa kita tiap-tiap saat terisi dengan makanan yang menyegarkan. Maka
selalu terlambungkanlah rasa syukur dalam rongga dada kita, guru.
Saya belajar
dari Sang Guru, Isa Almasih, yang selalu mencintai murid-muridnya,
sekalipun murid itu menghianati-Nya.
Saya berharap, para guru di mana
pun berada tetap menjadi guru yang baik,
tetap bersemangat dan selalu percaya bahwa Sang Pemilik Kehidupan selalu akan
mencukupkan kita. AMIN. (Ch. Enung Martina)
infolebih lanjut :
Telp/Wa : 082314151107
Ayo berprestasi bersama LPGTK Tadika Puri Cabang Terdekat!
Website Pendaftaran http://lpgtk-landakbaru77.site123.me/
Komentar
Posting Komentar