JADI GURU, ENAK TENAN!

Menjadi guru adalah sebuah panggilan juga sebuah pilihan. Dikatakan panggilan karena memang tidak semua orang terpanggil untuk profesi yang selalu disoroti dari sisi kesejahteraannya yang minim ini. Orang juga memilih untuk menjadi guru dari sekian banyak profesi yang ada. Ada orang yang menjadi guru itu karena niat ingsun, tetapi juga banyak yang karena kecelakaan, terpaksa, daripada tidak bekerja / jadi pengangguran… ya sudah jadi guru.

Bahkan saya pernah mendengar ada seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan ekstrim mengatakan alasan  seseorang masuk sekolah keguruan karena ketidakmampuan ekonomi dan intelektual. Ketika saya mendengar perkataan orang ini, saya tersingung juga. Apalagi ia mengatakannya dengan nada sinis dan meremehkan. Orang yang mengemukakan itu bisa salah, tetapi juga bisa benar. Orang memilih sekolah keguruan karena biayanya relatif murah. Memilih sekolah keguruan karena seseorang tahu bahwa kapasitas otaknya tidak mungkin menjadi dokter.

Entah apa pun alasannya kalau seseorang sudah menjadi guru, ya… tidak ada lagi pemilahan karea cita-cita atau karena terpaksa dan alasan ekonomi atau kecerdesan.. Guru adalah guru, terpaksa atau pun tidak, bodoh atau cerdas, kreatif atau tidak. Kalau seseorang sudah terjun menjadi guru pemilahan itu tak ada lagi. Mengapa? Karena guru sama-sama harus mendidik anak yang dipercayakan kepadanya. Ia mempunyai tanggung jawab moral untuk membawa siswa menjadi cerdas.

Menjadi guru memang sebuah tantangan untuk situasi di masa sekarang. Banyak guru di belahan nusantara ini yang mempunyai tantangan berbeda-beda. Guru di pedalaman tantangannya berkaitan dengan medan tempat ia beratarung dan juga dengan kesejahteraan yang jauh dari semestinya. Menjadi guru di kota besar pun sama mempunyai tantangan yang tentunya berbeda dengan di pedalaman. Ini berkaitan dengan bagaimana seorang guru di kota besar harus bisa menempa diri lebih kreatif agar tidak ketinggalan jaman, agar bisa memberikan lebih daripada ilmu yang dimiliki muridnya yang jauh lebih maju karena adanya teknologi yang semakin meroket.

Saya  tahu kalau saya mengajar siswa dari Wamena (Papua),  cara saya menghadapi siswa dan cara saya mengajar akan berbeda denagn ketika saya berhadapan dengan anak Ursula BSD.  Yang jelas saya akan kebingungan dulu bagaimana saya berhadapan dengan mereka karena saya belum pernah mengalami seperti itu. Saya akan terpesona karena kepolosan dan keluguan mereka. Kalau hal mengajar sebenarnya tidak ada masalah, di mana pun kita bisa mengajar. Baik mengahdapi murid di Wamena atau di Bumi Serpong Damai. Pasti tantangan yang saya hadapi untuk kedua sekolah itu berbeda.

Yang bikin seorang guru suka otaknya kisut dan kerut merut itu adalah masalah lain, antara lain administrasinya.Itu salah satu yang dirasakan para guru di kota besar.  Apa lagi mengajar di sekolah yang dianggap orang sekolah bagus, sekolah unggulan, atau apalah sebutannya. Nah, tuntutannya juga bagus. Itu adalah salah satu tantangannya.

Tantangan lain bagi guru di kota besar adalah peserta didik yang dihadapi. Anak jaman sekarang kebanyakan anak audio-visual karena kerjanya menonton tv, bermain medsos,  dan main game. Giliran disuruh membaca wacana, agak lelet dan pemahaman juga kurang. Ada banyak hal lain yang lebih menarik daripada pelajaan sekolah. Anak lebih suka mengurusi yang menurutnya menarik daripada mengurusi pelajaran sekolahnya.

Saya guru  untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti sudah diketahui oleh semua siswa bahwa bahasa Indonesia itu adalah pelajaan yang sangat membosankan.Bikin bĂȘte, begitu kata mereka. Sudah bukan rahasia lagi kalau para siswa banyak yang tidak suka dengan pelajaran bahasa Indonesia. Apalagi kalau ditambah dengan gurunya yang nyinyir, menyebalkan, dan sok galak, serta suka mengintimidasi. Sudah pasti bahasa Indonesia adalah pelajaran yang akan dicaci, dibenci, dan dihindari. Siswa sering berdoa agar guru bahasa Indonesianya tiak masuk untuk berbagai alasan termasuk alasan yang paling buruk misalnya terpeleset di kamar mandi.

Tentunya situasi seperti di atas merupakan tantangan untuk para guru bahasa Indonesia. Bagaimana guru bahasa Indonesia bisa membawakan pelajaran di kelasnya dengan menarik. Tentunya perlu usaha. Dan usaha tentunya perlu pengorbanan.

Salah satu tantangan bagi kami guru bahasa Indonesia adalah bagaimana membiasakan anak atau kata lebih sadisnya memaksa anak untuk mau membaca. Keterampilan yang satu ini akhir-akhir ini sudah banyak ditinggalkan anak-anak kita karena mereka lebih doyan nongkrong di depan face book-nya atau di depan game-nya. Namun,  guru jangan disebut guru kalau tidak bisa melaksanakan kehendaknya kepada siswanya. Ada dikatakan dalam bahasa Jawa dalang ora kurang lakon. Termasuk saya tentu saja. Saya adalah guru yang suka memaksa dengan piawai. Akhirnya keterampilan membaca yang sudah tak digubris ini mulai lagi dilakukan oleh murid saya. Itu bocah saya paksa membaca novel  Indonesia yang ringan dulu. Kudu selesai. Kalau  sudah,  buat resensi sederhana dengan analisis unsur  intrinsiknya lengkap dengan relevansi isi novel dengan hidup mereka. Wah, mereka akan protes dengan merayu-rayu supaya tugas diganti yang lain saja (bagi anak yang tidak suka baca). Tapi guru itu tak akan kalah lakon dengan muridnya.  Pasti dengan diplomasi yang sangat logis dan dengan penjelasan yang sangat ilmiah dengan mengikutsertakan perkembangan jaman dan pendidikan nilai, akhirnya mereka mengerjakan tugasnya juga. Dan akhirnya jadilah  analisis meraka. Mereka membuat laporannya. Bagus-bagus lagi. Tuh, kan ternyata mereka bisa.  Asal mau.

Ada juga jenis anak yang sukanya membaca. Nah, kalau yang ini tutup ketemu tumbul tuh. Saya  senang bertemu anak yang seperti ini. Murid yang begini bagaikan batu intan, yang bisa terus digosok, dan pada waktunya dia akan bersinar denagn cemerlang. Setiap angkatan pasti akan bertemu dengan anak-anak yang seperti ini.Bahkan, saya  pernah mempunyai anak yang mempunyai  koleksi 1000 buku dan semua bukunya dia baca! Keren, habis! Begitu bahasa remajanya.

Saya  adalah guru bahasa Indonesia yang suka mengoceh ke utara dan selatan. Terkadang murid saya melongo karena saya terlalu cepat dalam berbicara, terutama siswa di  kelas kecil. Kalau siswa kelas yang besar mereka sudah tahu kelakuan gurunya yang suka agak abstrak. Itulah menjadi tantangan lagi bagi guru bagaimana menyampaikan sesuatu kepada siswa gar bisa diterima denan baik.

Saya senang mengajar bahasaIndonesia. Mengapa? Karena materi yang diajarkan luas bisa juga menjangkau hal di luar kaidah kebahasaan. Apa lagi kalau sedang belajar wacana atau sastra. Materi bisa dibelokkan ke mana kita mau, sesuai apa yang mau kita tuju. Misalnya hal yang beraitan dengan pendidikan nilai, berkaitan dengan kehidupan. Mengajar materi kesastraan  paling enak di kelas besar karena mereka interpretasinya sudah lebih maju dan pengusaaan bahasanya juga bisa lebih baik. Tentunya pandai-pandainya memilih bacaan yang tepat.

Menjadi guru memang menyenangkan, meskipun kalau diukur dari segi materi gak ada cucok-cucoknya. Kala saya  bertemu dengan beberapa orang yang jarang bertemu selalu mengatakan: Masih awet muda aja.  Pernah ada pengalaman begini. Suatu hari saya mendapat tugas dari Legio Maria untuk menjaga di klinik gereja. Ternyata dokter jaganya dua orang. Salah satunya mantan murid saya.  Murid saya memperkenalkan saya pada rekannya : Ini kenalin guru SMP gue. Temannya sontak berbicara: Sumpeh, lho. Tuanya hampir sama dengan lo! wuih, langsung terhanyut tuh perasaan saya. Saya kira itu adalah bagian rahmat yang diberikan Pencipta kepada guru. belum lagi segudang pengalaman lain untuk berelasi dengan manusia, pribadi yang unik, yang tak ada yang sama dari satu murid ke murid yang lain.  Itu berarti  jiwa kita tiap-tiap saat terisi dengan makanan yang menyegarkan. Maka selalu terlambungkanlah rasa syukur dalam rongga dada kita, guru.

Saya belajar dari Sang Guru, Isa  Almasih,  yang selalu mencintai murid-muridnya, sekalipun murid itu menghianati-Nya.  Saya  berharap, para guru di mana pun berada tetap  menjadi guru yang baik, tetap bersemangat dan selalu percaya bahwa Sang Pemilik Kehidupan selalu akan mencukupkan kita. AMIN. (Ch. Enung Martina)


infolebih lanjut :
Telp/Wa : 082314151107
Ayo berprestasi bersama LPGTK Tadika Puri Cabang Terdekat!


Komentar