Museum Balla Lompoa Gowa
Museum Balla Lompoa Gowa merupakan museum yang koleksinya sangat mengesankan bagi saya. Museum ini menempati sebuah rumah panggung khas Makassar dan menyimpan benda pusaka dan berharga yang merupakan sebagian dari peninggalan Kerajaaan Gowa masa lalu.
Museum Balla Lompoa Gowa
Alamat: Jl. Sultan Hasanuddin 48,
Kelurahan Sungguminasa,
Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Telp 0411-867775.
 Lokasi GPS: -5.2069005, 119.4527218, Waze.

Jam buka Senin s/d Kamis 08.00 – 16.00, Jumat 08.00 – 11.00. Harga tiket masuk gratis.
Galeri foto (36 foto):
1.Tampak Depan,
2.Badik
 3.Ragam koleksi
4.Mahkota Raja
5.Rumah panggung
6.Tangga
7.Kain
8.Pistol VOC
9.Lalang Sipue … s/d 36. Kereta.

Bangunan Museum Balla Lompoa Gowa berada di sebuah kompleks cukup luas. Lokasinya agak masuk ke dalam di Jl. Sultan Hasanuddin 48, Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Gowa. Pada puncak atap museum tampak kepala kerbau dengan tanduknya yang melengkung ke atas.
Struktur bangunan museum dibuat dari kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri), yang juga dikenal dengan sebutan kayu besi yang berat dan sangat keras. Bangunan museum yang sangat mengesankan ini dipercaya merupakan rumah panggung dengan struktur bangunan terbuat dari kayu yang terbesar di dunia.


Tampak depan rumah panggung 
Museum Balla Lompoa. Rumah panggung ini pada mulanya ada sebuah istana kerajaan. Istana itu dibangun pada tahun 1936 oleh Raja Gowa XXXI yang bernama Mangngi-mangngi Daeng Matutu, dengan gaya bangunan berarsitektur Makassar yang khas.

Rumah panggung yang tingginya sekitar 2 meter ini memiliki ruang utama berukuran 60×40 meter dan ruang teras dengan ukuran 40×4,5 meter. Di ruang utama ada kamar pribadi untuk raja, ada bilik penyimpanan benda bersejarah, dan bilik kerajaan, masing-masing berukuran 6×5 meter. Alas kaki pengunjung harus dilepas untuk masuk ke dalam museum, dan juga diminta mengisi buku tamu.


Koleksi Museum Balla Lompoa Gowa berupa ragam jenis badik atau badek, senjata tradisional masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bisa bersisi tajam tunggal atau dua dengan panjang bisa sampai setengah meter. Badik-badik itu sering dihiasi pamor pada bilahnya. Senjata lainnya adalah parang, tombak, dan ada pula senjata yang menjadi simbol-simbol kerajaan.

Balla adalah sebuah kata dalam bahasa Makassar yang berarti rumah, sedangkan Lompoa berarti besar, sehingga artinya adalah rumah yang besar. Di bagian tengah museum terdapat ruangan utama dimana singgasana Raja berada, dan di sana tanda-tanda kebesaran kerajaan Gowa disimpan. Ruangan ini didominasi warna kuning dan merah yang kuat.
Silsilah para penguasa Kerajaaan Gowa juga dipajang di sebelah payung kerajaan di ruangan utama itu. Dimulai dari Raja Gowa I Tomanurunga pada abad ke-13 sampai Raja Gowa terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng Lalongan (1947-1957), yang kemudian menjadi bagian dari pemerintahan Republik Indonesia.


Sejumlah koleksi Museum Balla Lompoa Gowa berupa keramik, gentong dari gerabah, loyang, tempat lilin, ceret, bokor, yang sebagian terbuat dari emas. Ada pula tempat minum dan mangkuk keramik yang juga dipajang di tempat ini. Selain warna merah dan kuning yang mendominasi warna kain, ada pula warna putih krem pada alas dan ornamen tirai.

Koleksi lainnya adalah pistol VOC, peluru bulat dengan berbagai ukuran, meriam serta bendera warna kuning berlambang ayam jantan. Sultan Hasanuddin adalah Pahlawan Nasional yang dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur. Gambar ayam jantan juga digunakan pada lambang Kabupaten Gowa.


Banyak koleksi bernilai tinggi yang dimiliki Museum Balla Lompoa Gowa yang terbuat dari emas. Salah satunya adalah Mahkota Raja di atas yang terbuat dari emas dengan bentuk lima bunga teratai, dihiasi dengan batu permata yang anggun. Perhiasan emas lainnya juga sangat indah dan mengesankan, ada pemberian pemerintah asing dan dari kerajaan di Jawa.

Selain perhiasan berharga warisan masa lalu, ada pula koleksi lukisan dan patung Sultan Hasanuddin dan Raja Gowa lainnya. Foto Syech Yusuf, seorang ulama terkenal dan dihormati dari Sulawesi Selatan, dan sebuah kitab suci Al-Quran tulisan tangan yang berasal dari abad-16, juga disimpan di ruangan khusus di bagian belakang.
Ada pula foto pemimpin tiga suku besar di Sulawesi Selatan, yaitu Gowa, Bone dan Wajo. Al Quran tulis tangan dari abad ke XVI juga ada di Museum Balla Lompoa. Kabarnya pemerintah berencana menjadikan museum ini sebagai tempat kunjungan wisata sejarah yang paling indah, menyatukannya dengan Istana Tamalate, serta makam Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf.

Saya kira ini merupakan hal yang benar untuk dilakukan, bahwa generasi sekarang memiliki tanggung jawab bukan sekadar menjaga warisan kebesaran masa lampau, namun juga membuatnya menjadi lebih baik dan lebih agung daripada sebelumnya. Setidaknya peninggalan masa lalu harus dijaga dan dirawat agar bisa diapresiasi oleh generasi mendatang.


infolebih lanjut :
Telp/Wa : 082314151107 / 085299454224
Ayo berprestasi bersama Playgroup/TK Tadika Puri Cabang Terdekat!

Komentar